Translate

Kamis, 20 September 2012

Sudah Saatnya Merekonstruksi Ulang Sejarah Nusantara

Hal yang penting dalam sains bukanlah menemukan fakta sebanyak mungkin, tetapi menemukan cara pandang baru terhadap fakta-fakta tersebut. William Bragg (1862-1942)

Selama ini sejarah nusantara atau wilayah Indonesia di masa lalu di konstruksi atau diproduksi oleh bangsa lain. Hampir seluruh riset Arkeolog Indonesia selalu mengaju pada pendapat dari ilmuwan asing, belum ada yang berani untuk keluar dari kotak pengetahuan yang diacunya untuk mendapatkan suatu cara pandang baru.

Melalui buku tentang Atlantis di Indonesia Prof. Santos menyatakan bahwa dari masa ke masa ada usaha untuk terus menyembunyikan kebenaran tentang kisah Atlantis. Jika ada orang yang berani membocorkan rahasia ini, hukumannya sangat fatal : kematian!. Mengapa demikian? Ada kecurigaan bahwa kuasa-kuasa pengetahuan di Barat sengaja dan dengan cara-cara sistematis sekaligus laten tidak mengungkapkan rahasia ini kepada dunia. Jika rahasia ini terbongkar, sudah pasti mereka harus mengakui bahwa ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang mereka kukuhi saat ini ternyata berasal dari Timur, dan Prof. Santos dengan sangat yakin menyatakannya sebagai Indonesia. Sayangnya Santos juga tidak sempat datang ke Indonesia karena meninggal setelah menyelesaikan bukunya.

Buku Santos memberi inspirasi kepada arkeolog-arkeolog Indonesia untuk menggunakan imajinasinya dan bekerjasama dengan lintas ilmu untuk mengungkapkan sejarah nusantara. Beranikah mereka keluar dari kotak pengetahuannya selama ini tentang nusantara?



Kemerdekaan Berpikir dan Berpengetahuan

Sekelompok anak muda yang tergabung dalam Yayasan Turangga Seta telah bertekad untuk mengungkapkan sejarah nusantara yang sesungguhnya. Menurut mereka sangat banyak fakta-fakta di lapangan yang tidak sesuai dengan apa yang tertulis di sejarah resmi. Sejarah resmi telah memprimitifkan peradaban-peradaban besar di nusantara. Padahal berdasarkan fakta-fakta di lapangan mereka telah berhasil memetakan bangunan-bangunan megah yang dibangun peradaban ribuan tahun lalu. Sejarah resmi secara defacto berasal dari data-data dan analisa warisan kolonialisme. Artinya dalam mengungkapkan siapa kita tenyata kita belum merdeka. Padahal yang mengetahui siapa diri kita adalah diri kita sendiri. Jika ada pihak luar yang coba menafsirkan siapa diri kita dan betapa subyektifnya mereka tentu saja tetap  ada bias-bias tertentu yang tidak bisa mengungkapkan siapa diri kita. Dan jika ada kepentingan tertentu yang melandasi pengungkapan itu maka bias itu akan semakin besar.

Apakah kita memahami diri kita hanya lewat lukisan-lukisan orang lain. Tentu saja tidak. Dan tekad itu telah di jalankan lebih dari 10 tahun oleh teman-teman dari Yayasan Turangga Seta untuk mengungkapkan peradaban-peradaban besar di nusantara. Saat ini mereka  dalam proses untuk mengungkapkan adanya piramid di Gunung Lalakon, Soreang, Bandung. Dan jika piramid ini terungkap maka ratusan bahkan mungkin ribuan posisi-posisi bangunan-bangunan kuno di nusantara yang telah dipetakan akan terungkap semua satu persatu.

Dalam sebuah diskusi yang pernah terjadi, menurut beberapa arkeolog  tidak ada catatan tentang sejarah piramid di nusantara padahal menurut  Tim Turangga Seta, jika para arkeolog itu membaca serat kandabuana yang tersedia di perpustakaan nasional, mereka akan menemukan referensi tentang bangunan piramid.


Menemukan Kembali Jati Diri Bangsa

Seorang di masa silam pernah menuliskan pendapatnya : “Untuk menghancurkan suatu bangsa, cukup dengan menghilangkan sejarah tentang kebesaran bangsa tersebut lalu tinggal menunggu waktu untuk melihat bangsa tersebut hancur dengan sendirinya“.

Pengungkapan peradaban besar di Nusantara akan menjadi penting untuk mengatasi situasi yang dihadapi bangsa ini. Dengan sumber kekayaan alam dan budaya yang melimpah dan semakin banyaknya tenaga ahli Indonesia yang mampu mengolah dan mengembangkannya, sebenarnya tidak butuh banyak waktu untuk keluar dari situasi di mana negara tidak berhasil mensejahterakan rakyatnya sementara korupsi dan narkoba merajalela di mana-mana. Bahkan untuk mengatasi korupsi tersebut praktis tidak berhasil karena aparat hukum telah tersandera mafia hukum.

Artinya persoalan yang terjadi pada bangsa ini sebenarnya adalah krisis moralitas dan etika di semua level masyarakat, diseluruh sektor pemerintah dan parlemen, di seluruh sektor bisnis dan  pendidikan. Akar persoalan dari krisis etika dan moralitas ini adalah karena bangsa ini sedang mengalami krisis identitas atau telah kehilangan jati dirinya. Sehingga mudah diombang-ombang ke sana kemari karena kehilangan pegangan dan jika memiliki pegangan ternyata mudah goyah karena tidak mengakar. Penemuan kembali peradaban besar di nusantara, diharapkan mampu mengembalikan jati diri bangsa ini. Kitalah yang menemukan diri kita sendiri, bukan orang lain.
 Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar